OLEH
:
NANANG KUSNYOTO, S.Pd
SLB C TPA JEMBER
SLB C TPA JEMBER
Email
: nanangkusnyoto @gmail.com
Tidak ada seorangpun yang ingin hidup
nya ditimpa bencana, semua ingin bahagia berkumpul dengan keluarga. Berada di
ruang yang nyaman, memiliki rumah, dimana bisa melakukan aktivitas hidupnya
dengan senang gembira, tetapi …
Bumi sebagai Rumah Besar bagi kita semua,
terus berputar pada orbitnya mengelilingi tata surya berotasi untuk mencari
keseimbangan. Agar manusia bisa tidur, bekerja, menikmati kehidupan siang dan
malam. Tanpa sadar bumi harus bekerja keras untuk terus mencoba stabil sehingga
gedung-gedung, rumah, perkantoran, kota-kota dengan konsep arsitektur. Lanscap
dan infrastruktur yang dibangun diatasnya bisa berdiri, dilihat dan dinikmati
bersama keluarga.
Bumi secara geologi terdiri dari
gunung, patahan, palung, jurang, daratan tinggi, rendah, lautan, daratan.
Mengapa dibentuk seperti itu ?
Mengapa tidak dibuat rata, jika dibuat
rata bumi akan terpelanting.
Dari sinilah dimulai yang namanya
kestabilan rotasi. Disinilah muncul potensi manfaat jika manusia bisa
mengelolanya sekaligus potensi bencana.
Tanah
longsor sukabumi jawa barat, tsunami selat sunda akibat guguran material
letusan gunung anak Krakatau ke laut. Gempa
tsunami lekuitoksi, tanah di palu Sulawesi, semburan lumpur Lapindo, banjir Jakarta, tenggelamnya
kapal di danau toba, sampah laut, abrasi pantai, kampong dan rumah yang hilang
akibat rob (turunnya muka tanah dan tinggi permukaan air laut). Munculnya
kampung-kampung autis dan down cyndrom disepanjang aliran sungai cisadane Bandung yang terindikasi
tercemar pembuangan limbah industri masuk ke sumur-sumur resapan perkampungan
warga/penduduk disepanjang aliran sungai. Di konsumsi oleh ibu hamil dan
menyusui (saat ini masih dalam proses uji riset). Termasuk munculnya
viruscorona COFID – 19 . Semua adalah bencana.
Bumi
yang dulu kaya akan oksigen, ditumbuhi pohon-pohon raksasa, jarang terjadi
gempa karena gunung-gunungnya kokoh menjadi pasak. Kini semakin gundul dan
dihuni banyak manusia. Dulu radius lava pijar “wedhus gembel” yang tertahan
oleh pohon raksasa, jurang dan aliran lava pijar dan lahar dingin kini semakin
terbuka dan mendekat ke pemukiman penduduk, oleh karena itu dibentuklah BMKG
(Badan meteorology, Klimatologi dan Geofisika), Badan SAR Nasional, Pemadam
Kebakaran, Palang Merah Indonesia (PMI), KNKT, dst . tidak cukup itu perlu
masyarakat “Sadar Bencana” Ya! Masyarakat Sadar Bencana.
Masyarakat
adalah kumpulan individu-individu yang memliki perasaan yang sama, pemikiran
yang sama dan peraturan yang sama. Disana ada keluarga, saudara dekat, saudara
jauh menyebar sedemikian rupa menjadi keluarga besar yang disebut saudara
sebangsa. Termasuk anak difabel dan berkebutuhan khusus. Mengapa penyandang
difabel dan berkebutuhan khusus harus dilibatkan menjadi bagian dari kita…
bukankah mereka “cacat” dan “tidak berguna” salah besar! Mereka adalah
anak-anak kita, adek-adek kita, warga lanjut usia (lansia) adalah kakek nenek
kita. Menyelamatkan orang-orang yang kita cintai adalah misi kemanusiaan yang
paling murni. Apalagi bisa mendampingi anak berkebutuhan khusus menyelamatkan
diri, menyelamatkan teman ataupun melibatkan mereka dalam misi penanganan bencana,
Publik terhenyak. Para generasi milenial
normal disekolah-sekolah umum terinspirasi. Betapa keadaanya yang terlahir
“special” tidak menghentikan mereka sebagai manusia yang mempunyai jiwa,
perasaan, empati yang sama walaupun keadaan mereka terbatas.
Sungguh
menjadi fenomena (oase) hidup yang luar biasa. Disamping anak yang berkebutuhan
khusus itu perlu ada pendamping (guru). Orang tua yag luar biasa yang bangga
anaknya menjadi bagian dari kehidupan. Termasuk diadakannya KBM DARING yang
butuh kolaborasi belajar anak bersama orang tua. Sebagai bagian dari Sosial Distancing solusi Antisipasi
Persebaran Virus corona.
Kenapa
Anak berkebutuhan Khusus (ABK)[1] ya,
karena bersama-sama mereka dalam upaya belajar dan membantu penanganan bencana,
membuat kita tersentuh mereka bisa membantu berdoa didepan para korban untuk
bersabar, kuat, melanjutkan kesempatan hidup kedua, bangkit lagi membangun
puing-puing keruntuhan, rumah sederhana, yang masih bisa melindungi keluarga
yang mereka cintai dari cuaca panas dan hujan untuk kembali menjalani kehidupan
normal.
Anak
berkebutuhan khusus bisa disuruh membantu “hal-hal kecil” sesuai kemampuan
melakukan apa yang bisa dilakukan masih bisa. Mereka tidak ingin hidupnya
dikasihani terus-menerus. Mereka punya jiwa, ingin hidupnya memiliki arti dan
makna. Ingin menolong dan punya jiwa kepahlawanan. Sama dengan kita sebagai
manusia, hanya mereka mempunyai hal-hal “special” yang melekat pada organ tubuh
mereka. Tetapi memiliki perasaan (jiwa) yang lebih halus dari kita tetapi mempunyai
keinginan, kemauan yang setara.
Banyak
relawan regu penolong yang mati ditengah misi/tugas kemanusiaan ingin menolong
orang lain. Terlepas dari jiwa mereka yang murni atas nama cinta ataupun jiwa
muda yang penuh kepahlawanan (heroisme) butuh mapping, mitigasi bencana dan
system. Ide-ide/pemikiran/gagasan kita hadir untuk melengkapinya. Update solusi
termasuk alat-alat keselamatan.
Yang
menjadi Latar Belakang Masalah, ketidak siap siagaan bencana adalah : miskinnya
literasi, eksplorasi, inovasi dan kesadaran umum.
Pertama,
trend wisata bencana minus papan literasi, orang-orang yang berdatangan untuk
melihat dan bertahan ketika bencana dating semua ingin menjadi jurnalis (isme
warga) sibuk mengabadikan “momentum” saat kejadian atau beberapa jam pasca
kejadian. Entah sebagai rasa ingin tahu, ingin melihat langsung, motivasi mem
video dan membagikan (share) ke public. Berlomba untuk dilihat dan viral.
Bukannya segera meninggalkan tempat. Padahal bencana bukanlah tonotonan.
Keluarga menunggu dirumah. Ketidaksadaran mereka berisiko memposisikan mereka
sebagai korban. Media social merangsang mereka untuk datang. Seperti magnet,
mereka dating untuk sekedar menonton. Sehingga justru menambah beban kerja team
SAR, polisi, Tentara untuk mengatur kerumunan dan memperlambat proses evakuasi
karena kemacetan menuju titik lokasi bencana. Belum lagi status yang belum
“save” yang berpotensi datangnya masalah susulan.
Jika
kita berada dilokasi Lumpur Lapindo banyak orang berjalan dibendungan-bendungan
tanah penahan lumpur. Tidak ada papan larangan, padahal desakan lumpur, hujan
ditambah tekanan yang terus menerus kaki para “wisatawan” bencana berpotensi
mengurangi kekuatan tangggul bertahan dalam tempo lebih lama. Pun tidak ada
papan literasi zona aman menonton ataupun “kesadaran” bahwa awal munculnya
tekanan lumpur juga ada kesalahan.
Kapan
… hari apa, jam berapa … Mengapa bencana Lumpur Lapindo terjadi, dimana pertama
muncul semburan. Siapa yang bekerja di inti pipa. Adakah salah prosedur kerja
(human error). Seberapa besar potensi/lama bencana siapakah yang bertanggung
jawab dan sampai dimana … apa dampaknya … seberapa besar korbannya. Dengan
adanya media literasi masyarakat bukan hanya sebagai penonton, tetapi terbangun
kesadarannya. Orang-orang yang bertahan disekitar tanggul/bendungan Lapindo
bisa memiliki sikap apa yang seharusnya.
Tenggelamnya
kapal di danau toba sampai hari ini tidak ada satupun papan literasi, tingkat
keasaman air bawah danau, sehingga sekali tenggelam meskipun sudah ditemukan
Tim SAR, sulit diangkat karena beban bangkai kapal semakin berlipat beda dengan
dilautan. Tidak ada papan himbauan dilarang memasang keramba ikan. Karena
volume ikan terlalu banyak akan mematikan karena kadar oksigen air danau
berkurang. Standar-standar kapasitas muatan barang dan penumpang. Masyarakat
lupa dengan sendirinya dan tiba-tiba musibah datang berulang.
Untuk
kebakaran hutan, sebelum jalur pintu masuk hutan dipasang papan pengumuman dari
besi dan dicat, tulisan dilarang keras membakar semak dan rumput kering di area
hutan.
Bumi
penuh dengan sampah plastic sampai merusak biota laut, mengotori terumbu karang
dan ikan-ikan mati tersedak. Saatnya kreatif mengolah sampah jadi gas metana
sehingga dapur rumah daerah pembuangan akhir sampah menda
Gas
gratis untuk memasak didapur tanpa harus beli gas LPG.
Untuk
daerah titik gempa gedung-gedung bertingkat harus menggunakan peer baja raksasa
sebagai pondasinya mengikuti prosedur AMDAL Pemerintah. Saat terjadi gempa
gedung bias elastis, sedikit bergoyang mengikuti gerak gempa/tanah, meenahan
beton, pondasi tiang pancang yang menopang rangka gedung tidak patah. Melarang
pembangunan gedung didaerah yang pernah menjadi lekufasi.
Didepan
gunung gundul beri papan/tulisan siapa saja silahkan menanam. Sebelum hujan
dating harus diantisipasi seberapa kuat gunung bertahan tanpa pohon pengikat
dan akar ketika turun hujan/ retakan baru sadar ada suara gemuruh. Tapi
kesadaran itu sudah terlambat, orang-orang yang selamat sudah kehilangan semua
yang mereka miliki, keluarga, harta benda, rumah, yang menjadi sumber kekuatan
selama ini.
“Orang
yang bahagia itu orang yang berhadapan dengan kematian, ajal, kebinasaan,
bencana. Tapi bisa meloloskan diri. Dia menemukan kehidupan kedua, kesempatan
kedua menyelesaikan waktu yang tersisa. Apapun keadaannya.
Bahagia
itu ketika kita bisa menyelamatkan orang-orang yang kita cintai. Karena apapun
keadaannya. Bersama mereka hidup kita masih memiliki arti dan bahagia.
Nanang
Kusnyoto
Guru
Luar buasa (1976-2019)
Kita
berjibaku dengan tubuh kita, yang lemah dan terbatas. Tapi kita ingin selalu
memastikan keluarga kita selamat. Berbagi kekuatan dengan orang-orang yang
membutuhkan pertolongan lemah membuat jiwa kita menjadi kaya.
Mereka
masih bisa bisa dilibatkan dalam
Perumusan
Masalah
Anak-anak berkebutuhan khusus[2]
saat ini belum dilibatkan, ada sebuah stereotype bahwa mereka “cacat” hanya
bias dilayani “merepotkan” tidak ada gunanya “dibuang ke laut aja” itupun
dengan lama. Padahal sudah banyak ditelevisi dan media yang survival. Mereka
tetaplah manusia.
Begitu
banyak atlet (paralimpic) lahir, penyanyi, penulis buku, dosen, professor dan
banyak profesi lain lahir dari kalangan mereka melibatkan mereka dalam
pembelajaran penanganan bencana pada masyarakat, mengangkat harkat kemanusiaan
mereka lahirnya relawan-relawan dari anak-anak khusus adalah keniscayaan.
OSIS-Pramuka
SLB merintis untuk mempunyai program. Sekaranglah waktunya merintis untuk
mempunyai program. Sekaranglah waktunya. Tentu… kita tidak boleh memaksakan
diri , semua pembelajaran , aksi, simulasi, konstribusi disesuaikan dengan
program kemampuan-kemampuan mereka.
Tinggal
masalahnya, KESEMPATAN kapan mereka diberi kesempatan, mereka senang dan
gembira bersama Pramuka dan PMR lain dari Sekolah umum berbaur, berlatih, kerja
bakti bersama. Mereka mau disuruh sekaligus bekerja sama dalam kelompok,
seperti bermain. Padahal yang terjadi adalah proses pembelajaran. Semakin
terbiasa, semakin tidak merasa dan fun, maka tujuan berhasil.
Mereka
senang memakai atribut Pramuka/PA/PMR lengkap. Bangga walaupun mereka “special”
mereka mempunyai teman-teman baru, senang karena ada yang memberikan perhatian,
kebersamaan, cinta walaupun mereka merasa tidak memiliki apa, sunyi, sepi,
sendiri. Ternyata ada yang mengulurkan tangan untuk ikut berkegiatan dan belajar.
Anak-anak special akan siap membantu dengan tenaga dengan kegembiraan mereka,
siap kerjakan/lakukan apa yag bisa, semagat dan tertawa riang bersama. Ini
sekaligus menjadi terapy bagi anak-anak khusus sekaligus semangat dan makna
hidup bagi yang normal. Mereka merasakan nilai kemanusiaan hadir penderitaan,
kesunyian, kebersamaan, cinta yang universal, keceriaan, ketabahan perjuangan,
menemukan diri dan kesembuhan. Mengisi hari-hari dalam aktivitas hidup mereka.
TUJUAN DAN MANFAAT
Melibatkan anak-anak berkebutuhan
khusus (ABK) dalam gerakan literasi, aksi, simulasi dan partisipasi dalam
rangka pembelajaran peningkatan kesiapsiagaan bencana pada masyarakat menjadi
GERAKAN baru. Dimana anak berkebutuhan khusus bisa menyelamatkan diri sendiri
di zona aman. Lebih-lebih dengan keadaan mereka yang special dan terbatas bisa
membantu dan menolong teman akan menjadi inspirasi dan menggerakkan hati
public.
Ketika tujuan masyarakat sadar bencana
tercapai, manfaatnya adalah penanganan segera bias dituntaskan dan bisa
menjalani hari dengan suasana yang normal[3] kembali
berkumpul bersama teman, senang gembira belajar, bermain bersama dan bahagia
bertemu, berkumpul keluarga orang-orang terdekat yang terus mencintai kita
sampai perpisahan itu benar kematian itu dating meninggalkan mereka ditengah
berusaha menyelesaikan tugas-tugas persaudaraan, persahabatan, misi kemanusiaan
kita yamng paling murni untuk sesama ditengah semua keterbatasan kita.
Banyak yang bias mereka lakukan saat
proses belajar peningkatan kesiapsiagaan bencana : bergerak menyelamatkan diri
di zona aman. Berteriak-teriak ketika bahaya dating, memukul kentongan, berdo’a
didepan orang sakit dan para korban.
KAJIAN / TINJAUAN PUSTAKA
Teori
yang mendasari
Teori adalah panduan dalam bertindak sebuah
teori mirip sebuah peta. Peta sama sekali tidak sama dengan detail-detail
wilayah yang dipetakannya, bahkan bias dikatakan sangat tidak akurat. Namun
sebuah peta dapat membantu kita memperbaiki kesalahan, artinya membayangkan
bahwa masa depan tidak akan jauh berbeda dengan masa lalu. Rentetan peristiwa
yang terjadi berulang-ulang besar kemungkinan akan terjadi lagi. Kita biasanya
akan membuat penelitian (riset) dari peristiwa pertama dan paling mencolok dari
serangkaian peristiwa, muncul tanda-tanda yang mirip. Hasil riset akan
merekomendasi prediksi dan langkah-langkah antisipasi.
Ada
beberapa kata kunci yang perlu dikaji, didefinisikan. Berbicara tentang potensi
gerakan literasi dan aksi OSIS-Pramuka ABK SMAALB-C-TPA Jember pada
pembelajaran peningkatan kesiap siagaan bencana pada masyarakat.
Pertama kita kaji potensi itu apa.
Potensi adalah suatu kemampuan, kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan,
kesanggupan, daya yang akan keluar memberikan hasil dan manfaat jika dilatih,
diprogram dalam bentuk AKSI atau gerakan bergerak sehingga ditemukan teori
dasar yang melahirka pengetahuan, nilai, prinsip sebagai sumber munculnya
gerakan moral dan inpirasi kemanusiaan melakukan sesuatu tindakan terarah
memiliki tujuan. Suatu rencana petunjuk pedoman dalam melakukan kegiatan harus
memiliki system, pemimpin dan organisasi dalam konteks pembelajaran peningkatan
kesiap siagaan bencana tentu ada Palang Merah Indonesia (PMI), Tim SAR
(Rescue), tetapi bagaimana dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) apakah mereka
hanya manusia yang sekedar hidup, dilahirkan. Apakah mereka hidup hanya untuk
menunggu kematian. Tentu tidak oleh karena itu mereka berangkat ke sekolah,
memiliki guru-guru luar biasa yang akan mendidik, membimbing, membina hidup
mereka agar memiliki arti dan makna. Dalam bentuk apa? Dengan mengajari mereka
memimpin teman-temannya, mengajari mereka menyelamatka diri dizona aman,
melatih mereka bina diri : menggosok gigi, mandi, imintai tolong agar mereka
melakukan apa yang masih bias dikerjakan. Lebih-lebih bias sama dengan sekolah
lain yang memiliki organisasi intra ekstra sekolah yaitu OSIS dan Pramuka yang
melatih para anggotanya memiliki ketrampilan, disiplin, kepercayaan pada diri
sendiri, saling menolong, dan sebagainya. Walaupun tidak sempurna dan penuh
keterbatasan, aksi mereka untuk terlibat dalam pembelajaran penanganan bencana
seperti menanam pohon, membersihkan sampah dan sebagainya akan menginsipirasi
dan momentum gerakan moral yang akan diikuti masyarakat secara luas.
LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN TERBAIK (BEST
PRACTISE)
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) yang seharusnya mendapat perhatian dan layanan khusus
justru bias bergerak dan digerakkan sesuai kemampuan mereka menginspirasi
kesadaran public.
NANANG KUSNYOTO, S.Pd
Hari itu, Senin tanggal 7 Januari 2019
kami berada didepan Markas Palang Merah Indonesia (PMI) dan melakukan literasi
tentang Peta posisi geologi Indonesia dan titik potensi rawan bencana. Belajar
tentang PMI sebagai organisasi kemanusiaan, pertolongan pertama, menyelamatkan
diri dizona aman, siaga bencana dan donor darah. Tidak selesai dihari itu kami
melakukan kegiatan di minggu-minggu selanjutnya. Untuk aksi menanam pohon,
kerja bakti bersih-bersih sampah dan seterusnya. Sebelumnya …
Satu tahun kebelakang 2018, kami sudah
pernah melakukan aksi penggalangan dana dan menanam hidroponik serta kegiatan
melukis crayon, akrilik apapun hasilnya kami pigora sebagai penghormatan hasil
karya anak khusus yang atas ijin mereka sebagian dananya disumbangkan untuk
korban bencana dijual dioutlet, pameran dan even hari Disabilitas Internasional
berikut : merintis gerakan Pramuka Gugus Depan SLB C TZA Jember melakukan
kegiatan Persami (Perkemahan Sabtu Malam Minggu) yang salah satu agendanya
adalah Aksi, simulasi, partisipasi, praktek zona aman dan penyelamatan
lingkungan : menanam pohon dan buang sampah pada tempatnya.
Kedepan bekerjasama dengan Palang
Merah Remaja (PMR) Palang Merah Indonesia
untuk aksi yang lebih luas.
Pertama, kami berbaris di depan markas
PMI, membaca do’a, melakukan gerakan literasi, membaca bersama secara vocal
posisi geologi Indonesia
dan potensi bencananya.
Telah diunggah di goggle You Tube
dengan judul : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Literasi Bersama Guru
Pembelajaran Kesiap Siagaan Bencana. http://www.Literasi Pembelajaran Kesiap
Siagaan Bencana Guru dan siswa SLB dan ABK Tuna Grahita
Kami belajar pemetaan potensi bencana
didaerah kami sendiri Kabupaten Jember diantaranya : banjir Panti, tanah
longsor dlereng Gunung Raung; Argopuro. Penggundulan pohon di Gunung Mayang
dengan latar belakang peta area dititik-titik potensi bencana dimasing-masing
kecamatan dan desa di Kabupaten Jember perlu diketahui rumah kami beberapa guru
dan murid menyebar di radius kilometer titik rawan bencana.
Telah
diunggah di goggle You Tube dengan judul : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Zona
Aman dan Belajar Pada Titik Rawan I + II
http://www.SLB Tunagrahita PMI Belajar Peta Titik
Rawan Bencana VI Nanang Kusyoto
Mengenal alat penyedot air luapan
banjir, praktek pemakaian parasut, evakuasi korban banjir dan dapur umum.
Telah diunggah di goggle You Tube
dengan judul : Pengenalan Alat Penanganan Bencana, Potensi Aksi, Simulasi,
Partisipasi OSIS-Pramuka SLB dan Kerjasama PMR – Palang Merah Indonesia (PMR)
http://www.Alat
Pengenalan bencana. Pengenalan Potensi. Aksi. Simulasi Partisipasi OSIS-SLB +
PMR/PMI
Dari seluruh rangkaian Praktek
langsung bias digaris bawahi. Masih banyak yang bias dilakukan anak
berkebutuhan khusus : antara lain :
- Menyelamatkan diri dari bencana (simulasi) ke area / zona aman
- Berteriak / memukul kentongan jika info bencana/bahaya telah valid diterima (simulasi)
- Memunguti sampah-sampah membuang pada tempatnya
- Aksi menanam pohon, bekerjasama dengan Dinas Luingkungan hidup (DLH) mendapatkan gratis bibit pohon untuki praktek kecil disekitar sekolah dan titik area penting di radius yang lebih jauh.
- Melakukan kegiatan produktif menanam hidroponik, melukis, konser menyanyi, ada murid kami yang memiliki olah vocal diatas rata-rata) dll, yang hasilnya disumbangkan kepada korban bencana.
Lihat
aksi donasi / sumbangan (OSIS) untuk korban palu (photo), Aksi melukis,
dipigora, dijual dan disumbangkan : telah diunggah di canal : Goggle-Youtube
dengan judul :
http://www.Lelang-jual Lukisan Hasil Karya
anak SLB untuk korban bencana Hub. Nanang Kusnyoto.
Ketika
Assesmen telah dimulai petugas PMI dibutuhkan dapur umum. Anak SLB bias
digerakkan untuk mengangkat panic-panci kosong yang besar-besar tapi ringan.
Heroisme mereka menggerakkan hati public terbangun kesadaran atas aksi special
yang luar biasa.
Pada
minggu-mingu selanjutnya kami belajar memasang banner literasi penanganan
bencana dan bakti lingkungan tidak berhenti disini kami juga belajar
mendonorkan darah (tranfusi) dimotori oleh guru didepan siswa, mulai prosedur,
alat tes sample, dilihat prosesnya oleh siswa. Kami langsung mewawancarai
dokter apakah siswa SLB yang notabene mengalami kelainan genetic bias
mendonorkan darah. Apa perlu sterilisasi, penyaringan kateter dan sebagainya.
Tidak ternyata mereka boleh. Tidak ada kommparasi antara kelainan genetic dan
hemoglobin darah. Bahkan ada anak Dokter Dani penderita Autis/ADHD aktif dan
disarankan untuk terus mendonorkan darah. Selesai donor kami mendapatkan
minuman ion, biscuit dan susu kotak. Murid kami Saiful Rizki (ipung) tertarik
untuk ikut donor, tapi kami infokan untuk ijin duulu ke orang tua dan baaw KTP
(malah dianjurkan untuk transfuse/donor darah secara konsisten).
http://www.Aksi
Bakti Lingkungan dan Gerakan Menanam Pohon. Pramuka SLB Gerakkan Moral dan
inspirasi Pembelajaran Penangan Bencana.
http://www.Aksi
Donor Darah Guru Luar biasa Pembelajaran didepan Siswa
KERANGKA (PEMIKIRAN)
“Begitu berharganya Hidup
Ini, Bagaimana Pun Keadaannya”
NANANG KUSNYOTO, S.Pd
Guru
Sekolah Luar Biasa
Kesempatan
hidup ke-2 Ya! Kesempatan hidup kedua. Pada saat itu kita menyadari arti sebuah
keselamatan dan bisa kembali bertemu keluarga yang kita cintai dan mencintai
kita. Begitu bernilainya kesempatan itu.
Oleh
karena itu, sebagai masyarakat siapun kita dalam keadaan apapun kita,
difabelkah… berkebutuhan khusus kah … membutuhkan sebuah instrument system dan
program masyarakat tanggap dan sadar bencana. System dan program itulah yang
akhirnya menjadi budaya (kebiasaan)
HIPOTESIS (SOLUSI)
Manusia berkelompok dan berorganisasi yang terbesar adalah Negara.
Negara yang bisa menggerakkan semua organisasi termasuk sekolah Luar biasa
(SLB). Kepala sekolah (KS) dan guru akan menggerakkan OSIS + Pramuka SMALB
untuk memiliki program-program inspirasi dan moral untuk sebuah kesadaran
bersama menjadi masyarakat tanggap bencana.
PEMABAHASAN MASALAH
FAKTA
Sebenarnya jika manusia bisa menyatu
dengan alam, membangun kearifan local manusia akan menemukan kedamaian. Seperti
suku Badui Dalam, Amsterdam yang penuh kanal-kanal.
Ada
suatu system yang baik
Ada
budaya dan kearifan local
Jepang
adalah Negara yang paling rawan bencana (kalau dari Jakarta Bandara Soeta ke
Jepang hanya 3-4 Jam) Tsunami, gempa bumi, gunung meletus, badai, listrik
tenaga nuklir (radiasi). Dalam beberapa dekade mengalami bencana besar dan
segera bangkit lagi dengan cepat mulai bom atom Hirosima-Nagasaki, tsunami
jepang, radiasi nuklir akibat menggetarkan pusat Instalasi Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) sehingga terjadi kebocoran. Meletusnya gunung Natagawa, robohnya
jalan-jalan tol di Tokyo akibat gempa 7 S.R. Jepang Pemerintahan memiliki
system dan masyarakat yang sadar bencana, responsive, gedung-gedungnya
berpondasi pir spiral baja raksasa. Terbentuknya titik-titik zona aman. Jepang
Negara yang secara geografis luasnya tidak sebanding dengan Indonesia. Memiliki
gunung Aktif, dikepung lautan tidak memiliki sumber daya alam melimpah tidak
mempunyai lahan luas untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk warganya tapi
mempunyai masyarakat yang produktif dan sadar bencana.
Indonesia yang memiliki hubungan
persahabatan bilateral dan “saudara tua” harus bisa mengadopsi sedikit demi
sedikit, satu persatu system pertahanan Jepang terhadap antisipasi bencana
berupa keahlian coding, Robotika, Kecerdasan buatan dan Technologi digital
termasuk inovasi alat bantu keselamatan diri.
Digunung-gunung aktif di Jepang
ditanam panel-panel tembaga (paku bumi) yang terhubung ke alarm besar yang bisa
dedengar ke seluruh kota jika terjadi erupsi gunung berapi.
Satelit mendetek status bencana yang
bias di acces stasiun TV untuk merekam secara visual titik “spot” sumber
bencana. Mencegah kondisi semakin memburuk dan memiliki system semakin banyak
jiwa yang terselamatkan karena penangan yang cepat.
OPINI PAKAR
TIDAK
semua orang bias melakukan hal yang besar tapi setiap kita BISA melakukan hal
kecil dengan CINTA yang besar
BUNDA
THERESA
GERAKAN
menanam pohon dan hidro ponik disetiap sekolah, lembaga, rumah, kota dan desa
di seluruh Indonesia akan mengurangi orang merambah hutan untuk membuka lahan
menanam sayuran dan kentang (akar lunak) termasuk langkah kecil yang bisa
dilakukan semua orang mengurangi potensi bencana banjir, tanah longsor,
kekeringan, biasanya setelah gundul lahan menjadi kering. Jika gerakan ini
dilakukan dari sabang sampai merauke secara perorangan, rumah setiap lembaga
akan luar biasa hasilnya. Selain untuk konsumsi sendiri surplusnya dijual, dikumpulkan sebagai sumbangan khusus jika terjadi bencana
alam.
Lapar dan makan adalah dua masalah
yang tidak bias ditawar. Gerakan hidroponik dan menanam pohon adalah kegiatan
kecil berpotensi besar.
LAKUKAN.
Apa yang menurut HATImu BENAR karena bagaimanapun, PASTI kau akan mendapat
KRITIKAN.
Elanor
Rosevelt (1884-1962)
Tidak banyak yang dapat dilakukan demi
meringankan PENDERITAAN mereka. Hanya Bisa menggenggam tangan (Kawan/Sahabat)
yang tengah berjuang melawan maut.
Jean
Henry Dunant (1828-1910)
Faounder
of the Red Cross
Dari hati yang penuh CINTA ini saat
sahabatnya meregang nyawa di tengah pertempuran PD II terbentuklah Bulan Sabit
Merah.
Sedunia
jaringan – jaringan Relawan yang bergerak dab tergerak sebagai rasa CINTA.
The
Forest Man mendapat anugerah sebagai film documenter terbaik di ajang Festival
Film Cannes 2014 yang diangkat dari sebuah kisah nyata seorang pemuda berusia
16 tahun yang terus MENANAM POHON selama 37 Tahun. Masa kecil hidup dalam
sebuah Oase hutan yang PEPAT, kemudian di rambah secara Liar karena kebutuhan
akan uang Menyisahkan gurun pasir yang
gersang kini kembali menjadi Hutan PEPAT kembali, munculnya sumber air yng
jernih, udara, Panorama Tropis yang mendatangkan ketenangan ketika Vegetasi
kembali, hewan – hewan berdatangan, kini hutan di huni seratusan gajah, badak,
rusa dan harimau di ….
Butuh
Satu Orang Untuk Sebuah PERUBAHAN
DATA PENALAMAN GURU (YANG RELEVAN)
DULU
sebelum jadi Guru saya adalah seorang AKTIFIS, di SMA jada PRADANA (Ketua
Pramuka Penegak), anggota Pencita Alam (PA) Lulus sekolah kerja di pemerintahan
tingkat kelurahan (Jum’at bersih) dan menjadi guru. Di setiap fase, banyak
aktifitas yang telah di lakukan. Termasuk menanam 1000 Pohon di gunung Mayang
yang “ Petal – petal” gundul karena di rambah orang. Pramuka, PA, Masyarakat,
Tentara dan aparat desa bersama Bapak bupati MZA Djalal bergerak melakukan Aksi
bersama.
Karena aksi itu. Kami dikukuhkan
sebagai Pramuka Penegak SAKA WANA BHAKTI yang simbolnya bias dipakau, menempel
di lengan baju seragam pramuka sebelah kanan sampai saat ini, melekat sampai
kapan pun.
Lokasi Palang Merah Indonesia (PMI)
satu atap dengan sekolah kami. Banyak kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dari
Sekolah umum seluruh kota Jember bergantian beraktifitas dilapangan. Saat
banyak kegiatan dan program PMR kesempetan murid – murid kami bergabung dan
belajar dalam aktifitas : aksi, simulasi dan pertisipasi.
Saat ini menjadi Guru Sekolah Luar
biasa, bertemu setiap hari dengan anak – anak berkebutuhan khusus dan difabel,
saatnya mempraktekkan semua ilmu intuk mengisi kebersamaan, waktum belajar
bersama, bersahabat, beraktifitas dalam suasana gembira. Lebih – lebih bias
membimbing siswa merintis gerakan Pramuka dengan Program – program Inspirasi
yang bermanfaat bagi Lingkungan sekitar. OSIS – PRAMUKA sebagai Gerakan Intra
extra kulikuler di SLB sangan unik. Sesuai pengalaman kami : secara De Jure
Ketua OSIS dan PRAMUKA adalah Anak Khusus yang paling ‘cepat’ tanggap, bisa
memimpin teman, kelihatan paling normal meskipun ada hal yang melekat sebagai
ABK. Pemilihannya pun menggunakan VOTE, secara AKSI mereka Bisa beraktifitas
sesuai program/Plot kegiatan yang direncanakan
Tetap
secara de facto adalah Guru khusus dalam membuat Konsep, Program, Bimbingan,
Managemen. Sehingga Organisasi tetap berjalan.
Padahal
disekolah umum semua bias dikerjakan ketua secara Priveleg sebagai Pemimpin
lapangan dan organisator. Guru tinggal memberikan pembinaan dan bimbingan.
TENTU tidak masalah, karena yang
PENTING adalah TUJUAN dari semua pembelajaraan/ Program tercapai.
PEMECAHAN MASALAH
BANYAK
yang harus dilakukan. Ada bencana tidak ada bencana kita harus membangin Bumi
sebagai RUMAH BERSAMA.
Caranya
… ? Setiap manusia dimanapun berada. Dimana bumi dipijak, sdar, ya HARUS sadar.
NO Easy Going NO Instan.
Terus
mencari cara untuk memecahkan masalah lingkungan mulai dari tempat tinggal.
LANGKAH
– LANGKAH :
#
PAPAN LITERASI
Potensi
: atas nama OSIS / Pramuka mengirimkan surat ke OSIS / Pramuka SLB terdekat
LAPINDO, kwartir Pramuka Cabang Sidoarjo, penanggung jawab LAPINDO Brantas,
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk menyebar / memasang papan – papan Literasi
di seluruh titik Area bencana LAPINDO dan daerah – daerah lain yang pernah
mengalami bencana di seluruh Indonesia.
AKSI
: OSIS Pramuka SMALB – C TPA Jember telah Memasang Banner. Papan – papan
Literasi di seluruh titik ‘spot’ area sekolah, seperti : Titik kumpul, zona
Aman Evakuasi, jalur Pembuangan Sampah Akhir, Buang sampah pada tempatnya,
Loboratorium Hidroponik, bibit pohon dan TOGA, MADING/majalah Dinding sekolah
dengan tema : Lingkungan Hidup, le;as Tematik IPA Secara prporsional.
#
MENANAM POHON
AKSI
: OSIS SMALB – C TPA Jember melakukan GERAKAN menanam Pohon di sekolah yang
dimulai penaman pertama oleh kepala sekolah.
POTENSI
: mengajukan surat ke Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Jember untuk mendapatkan
‘bibit Pohon Gratis’ sebagai media pembelajaran, yang akan terus ditanam di
titik – titik area yang membutuhkan.
#
SAMPAH
AKSI
: Pramuka SMALB – C TPA Jember. Telah melakukan kerja bakti membersihkan sampah
disekolah ke titik akhir. Penjelajahan Pramuka sekaligus aksi memungut sampah
sepanjang rute penjelajahan.
POTENSI
: OSIS – Pramuka belajar bersama Dinas kebersihan untuk melihat proses
pengolahan sampah sampai Tempat Pembunagan Akhir (TPA) menjadikan gas METANA,
ada pipa – pipa saluran ke 10 – 20 rumah penduduk sekitar TPA yang memasak
tidak lagi menggunakan Gas LPG tapi sudah memanfaatkan hasil gas metana yang
muncul dari SAMPAH masuk melalui pipa – pia saluran ke dapur rumah mereka.
AKSI
: Teatrital Hari Bumi di depan kantor media/DPRD/Pemerintahan.
#ALAT
BANTU KESELAMATAN
AKSI
: Belajar memakai pelampung, mengenal semua alat yang dimilik Palgn Merah
Indonesia. Membuat VLOG dan Youtuber khusus kegiatan + Canal Alat Bantu
Keselamatan / Pertolongan Pertama / ABK/
AKSI
2 : Mendaur Ulang Limbah (SAMPAH) dari Flora dan Fauna dalam bentuk Costum
Pedalaman untuk di tmapilkan di panggung berkelas Dunia + Undangan Even – event
Anak Berkebutuhan Khusus yang sebagaian honor nya untuk didonasikan pada korban
bencana (Lihat Videonya)
Dan
banyak lagi teknik – teknik, aksi, simulasi Anak Berkebun Khusus (ABK) untuk
partisipasi dalam pembelajaran kesiapsiagaan bencana pada masyarakat.
Seluruh
AKSI dan POTENSI dilakukan Secarqa terprogram dan sistematis, termasuk Publikas
media (Online/ Offline) sebagai perintis gerakan inspirasi dan moral.
#
DONASI Penggalangan Dana
Ketika
banyak negara tidak bias bernafas setiap hari kerana tinggingnya asap Industri
dan polusi (Beijing Guangzou China)
Melepas gar rumah kaca, merusak Ozon dan hilir mudik di jalanan kota memakai
masker, sesak nafas. Masih ada waktu,Indoneisa sebagai rumah (Kita) memiliki
asupan oksigen terbaik. Memilik vegetasi hutan tropis dimana burung, ikan,
flora fauna tumbuh diberi tempat terbaik berkumoul dan bermigrasi kesisni dan
disebut sebagai penyumbang oksigen dan di sebut sebagai PENYUMABNG Oksigen
terbesar dan Paru – paru dunia.
AKSI
+ Konser music pengolahan dana Bencana dari murid kakinya maaf ‘pindang’ tapi
mempuanyai Suara Vokal Bagus. Sering di undnag di even, café dan ulang tahun
perusahaan di Jember.
#AKSI
DONOR DARAH
Pertama
dlakukan guru sebgai Contoh selanjutnya ada manusia yang tertarik mespikun
mempunyai keliatan geneti. Darah mereka normal. Yang terpenting tinggi berat
badan norman, TBC, HIV/AIDS dan kencing lolos untuk donor. Jika Darahnya SEHAT.
HAMBATAN
Hambatan
adalah sesuatu yang menghalangi tujuan, arah yang terprogram. Pedoman dan
rencana yang sudah tersusun dengan baik dan hasil akhir dari sebuah cita –
cita. Tujuannya apa … Kesadaran masyarakat untuk memilih system kesiapsiagaan
bencana dan standar keselamatan umum ya! Hidup dalam suatu system, yang
memiliki masyarakat sadar bencana dimana keluarga anak berkebutuhan khusus dan
ditabel ada didalamnya.
Hambatannya
adalah mindset dan kesadaran yang rendah.
Disinilah posisi uning anak – anak
berkebutuhan khusus (ABK) memulai gerakan/aksi moral yang dimotori oleh
organisasi osis dan pramuka untuk membuka simpul masalah yang besar mulai dari
tindakan/aksi – aksi kecil penuh inspirasi yang terpublikasi.
Ini akan menjadi simpul dan daya
penggerak munculnya ENERGI PUBLIK untuk membangun system POKDARWISLINGDUP.
Kelompok Sadar Wisata dan Lingkungan hidup ditempatnya masing – masing. Sebagai
benteng – benteng kecil kesiapsiagaan antisipasi terjadinya BENCANA. Menikmati
dan mengelola panorama ditempat tinggal masing – masing. Sebagai anugrah aset,
dan sumber pendapatan tanpa merusaknya. Back to Nature harus menjadi jiwa.
SIMPULAN DAN SARAN
Tidak
ada manusia yang bias lari dari KEMATIAN. Tapi berusaha untuk selamat (lolos
dari bencan). Menemukan nilai kesempatan hidup (kedua), Berkumpul keluarga.
Membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Memiliki nilai, arti (makna)
sebelum kematian itu benar-benar terjadi.
Memiliki
Sistem Pertahanan Bencana. Keselamatan umum dan MASYARAKAT SADAR BENCANA adalah
TUJUAN. Merubah mindset masyarakat mencapai cita – cita bersama adalah
TANTANGAN.
Anak
– anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ditabel melalui OSIS dan Pramuka akan terus
ber AKSI menjadi motor Gerakan Moral dan Inspirasi masyarakat Sadar Bencana.
Negara
harus menjadi sponsor, mengamankan asset Sumber Daya Manusia (SDM). Terdepan
memiliki SISTEM terbaik tanggapan bencana dan menjaga Sumber Daya Alam (SDA)
dari Exsploitasi secara masif yang berpotensi merusak ekosistem yang menjadi
benteng terakhir terjadinya bencana dan keselamatan warganya.
Perlu
Instrumen hukum berkekuatan tetap berupa sanksi moral, material dan hukuman
badan bagi pejabat atau corporasi yang merusak ekosistem alam secara
besar-besaran dan sengaja melanggar AMDAL demi uang/keuntungan karena uang tak
punya mata bisa membeli segalanya.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabert E.B . 2012. Collaborative Learrning
Techniques. Bandung Nusa Indah
Johnson, D.W & Johnson, R (1987). Learning
together and alone : Cooprative, Competitive and individualistic learning (2nd
ed). New Jersey
: prentice-hall, Inc Eagle luood Cliffs
_____, Permendiknas No. 7 Tahun 2009 Tentang
Pendidikan Inklusit Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Atau Memiliki
Kecerdasan Dan Atau Bakat Istimewa.
Ariyanto, Dedy, Rudy Sumiharsono, (2017) Metodologi
Penelitian Dasar, Penelitian Pendidikan Jember. PT. Pustaka Abadi.
Bastaman, H.D (2007) Logoterapi, Psikologi Untuk
Menemukan Makna Hidup dan Hidup Bermakna Jakarta. PT. Raja Gratindo Persada.
Sujarwanto, Rahardja, Djaja, (2015), Pengantar
Pendidikan Luar Biasa, UNESA University Press
Surjadi, Ida Farida, (2012), Mengenal Gerakan
Pramuka, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Rukamana, AD, (2007), Atlas Pintar Indonesia
dan Dunia, Jakarta, PT. Sinar Baya Mandirancan.
[1] Tent, ABK dalam
konteks ini adalah mereka yang terklasifikasi, mampu didik-mampu letih bukan
yang kondisi berat
[2]
Tentu ABK dalam konteks ini adalah terklasifikasi mamou didik, mampu latih :
bukan yang “berat”
[3]
Kehidupan normal = “Di daerah konflik, peperangan, bencana. Ketika rumah, kota sudah luluh lantak
dan hancur coba kita Tanya kepada ana-anak kecil yang ada diantara mereka. Apa
yag mereka inginkan : Pertama, Sekolah ya sekolah, bisa berada dalam lindungan
Bapak-Ibu walaupun hidup sederhana dan makan sedanya. Ada rumah untuk berlindung dengan aman dari
cuaca dan bahaya, jauh dari penyakit, peperangan, konflik, bencana “hanya”
sederhana itu untuk bisa hidup normal dan bahagia. Itulah kehidupan
normal.
Persami dan Program AKSI : Bakti Lingkungan
bersih sampah, menanam pohon, memasang papan literasi, gerakan OSIS-Pramuka
SLB-C TPA Jember.
Donor Darah dan Simulasi (Parasut)
Kegiatan Melukis konser Musik Difabel +
Hidroponik dan Donasi Palu
2 Komentar
Jika Anda ingin menghubungi kami. Bisa di email : Kusnyoto nanang@gmail.com untuk. Konsultasi. Narasumber. Diskusi. Jurnal. Atau di no. WA 082 I44 2806 40
BalasHapusJika anda membutuhkan kami untuk konsultasi. Narasumber. Diskusi. Sharring experience. Bisa menghubungi kusnyotonanang@gmail.com atau di nomor WA 082 144 2806 40
BalasHapus